|
|
|
|
![]() |
Putri Runduk Tanggal 03 Dec 2014 oleh Siti Badriah Gofur. |
Pada sekitar abad ke-7 Kerajaan Barus Raya memerintahlah seorang raja yang cukup ternama, Raja Jayadana. Kerajaan yang dibawahinya memasuki era Islam berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang sekarang. Pada saat itu ada tiga kota besar di sana termasuk kota. Kerajaan Barus tengah berada di puncak kejayaannya., berkat hasil bumi yang melimpah ruahd an penghasil komoditi langka yang sangat dibutuhkan pada zamannya. Sebutlah itu kapur Barus Raya terdapat pelabuhan tertua di dunia yang menjadi salah satu pusat niaga internasional.
Terpenting dari segala kelebihan”ter” itu, raja Jayadana memiliki seorang permaisuri (Ratu) Puteri Runduk yang cantik jelita. Bersamaan dengan datangnya para saudagar dan pemerintahan negeri asing ke Barus semakin santerlah berita mengenai kecantikan sang Permaisuri. Beberapa raja yang terkesima mendengar beritanya kemudian hari berspekulasihendakmerebut Putei Runduk. Dan sudah tentu, untuk dapat memilikinya bukanlah hal mudah. Raja-raja yang kesemsem asmara antara lain, Raja Janggi dari Sudan, Afrika dan Raja Sanjaya dari kerajaan Mataram. Tentu belum terhitung para saudagar dan pelaut yang isi kantongnya hanya udang dan kepiting. Dua kerajaan besar di atas sampai menggelar kekuatan perang untuk mendapatkan dua kemungkinan : jatuhnya Kerajana Barus yang makmur berikut ratu nan cantk jelita. Tetapi satu orang dari antara mereka, Raja Cina datang memingan baik-baik.
Dalam gelar parade kekuatan ini, Raja Sanjaya dari Jawa berhasil memenangkan pertarungan. Raja Jayadana tewas dan istrinya Puteri Runduk berhasil ditawan. Dia terpaksa ditawan oleh karena tidak mau dipersunting secara baik-baik. Soalnya raja Sanjaya beragama Hindu sedangkan kerajaan Jayadan dikenal sebagai kerajaan Islam dan ini menjadi sesuatu yang prinsip. Maka lahirlah pantun :
Kota Guguk Kota Bariang
Ketiga kota di Muara
Ayam berkokok hari siang
Puteri Runduk ditawan Jawa
Tetapi rupanya diam-diam Raja Janggi menghimpun kekuatan dan menyerang pasukan Sanjaya secara membabi buta. Panik oleh karena pertempuran baru terjadi di wilayah Barus membuat kota Guguk dan pusat istana kerajaan porakporanda. Sementara Raja Janggi berhasil mempecundangi Raja Sanjaya, sekelompok pengawal setia yang tersisa dari istana kerajaan Jayadana bersama para dayang-dayang menyingkirkan Ratu Puteri Runduk dari kerajaan para diktator ke pulau Morsala. Dalam pelarian inilah peralatan yang dibawa rombongan Puteri Runduk berceberan sepanjang pulau-pulau, maka dinamailah pulau-pulau tersebut sesuai nama barang yang tercecer, antara lain : Pulau Situngkus, Pulau Lipat Kain, Pulau Terika, Pualu Puteri dan lain-lain.
Raja Janggi mengejar sampai ke Pulau Morsala dan ketika hendak mendekap ratu yang sudah di muka hiudng,Puteri Runduk memukulkan tongkat bertuah akar bahar (tongkat warisan RajaBarus) ke kepala Raja Janggi. Berikut pantunnya :
Pulau Puteri Pulau Penginang
Ketiga Pulau anak Janggi
Lapik putih bantal bermiang
Racun bermain dalam hati
Servisnya baik karena lapik putih, tapi sayang bantalnya bermiang, orang yang tidur jadi gatalan. Pantun lain pendukung menyebut, lebatlah hujan di Morsala/Kembanglah bunga para utan/bintang di langit punya salah/ombak di laut menanggungkan; pulau Talam Pulau tarika/ketiga pulau lipat kain/sauh putus pendarat patah/haluan berkesar ke jalan lain.
Dalam pengejaran yang tak putus-putus, si wanita lemah nan rupawan Puteri Runduk putus asa dan melompat ke laut…hilang tanpa bekas.
Salah satu pembantunya yang setia bernama Sikambang Bandahari seorang pemuda yang sehari-harinya dalam urusan rumah tangga kerajaan, anak nelayan miskin. Maka, merataplah Sikambang dengan sedihnya, meratap kehilangan majikan, menyesali tindakan bunuh diri sang permaisuri, menyesalsikap brutal raja-raja lalim, menyesali dirinya yang tak kuasa mempertahankan keselamatan Puteri Runduk. Ratapan Sikambang memanjang tak putus-putus, dari hari ke hari, ratapan legendaris yang menyinggung segala aspek, kemashuran, kejayaan, kedamaian sampai gambaran kecantikan puteri-puteri Barus dan sebagainya.
Kerajaan Islam Puteri Runduk pada jayanya kaya dengan seni dan budaya. Abad ke-7 M, masyarakat pesisir sudah memiliki kebudayaan sendiri, berikut keseniannya seperti serampang 12, bersanggu gadang, bakonde, berinai, mengasah gigi, turun air, berkambabodi, berkelambu kain kuning, berpayung kuning, bertabir langit-langit dan sebagainya
(SELESAI)
Sumber: http://www.pendongeng.com/cerita-legenda-nusantara/127-putri-runduk.html
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |