|
|
|
|
![]() |
Macingklak Tanggal 08 Jan 2021 oleh Widra . |
Istilah Macingklak berasal dari kata Cangklak mengandung pengertian: menahan dengan tapak tangan sesuatu yang jatuh dari atas (jambu, mangga, mata uang logam, bola kecil dan sebagainya yang dilontarkan ke atas). Dan untuk daerah lain sering disebut "mencet". Menurut penuturan orang-orang yang sudah lanjut usia, permainan ini sudah begitu saja mereka temui di di tengah-tengah masyarakat. Jangankan mereka, angkatan yang lebih dulupun tidak mengetahui siapa penciptanya.
Untuk melangsungkan permainan macingklak ini memerlukan peserta minimum 2 (dua) pemain, namun pada umumnya tidak lebih dari 4 (empat) atau lima orang. Apabila kebetulan berkumpul anak-anak pada suatu tempat, mereka akan menyelenggarakan sendiri di tempat lain yang berdekatan. Dengan demikian dalam suatu halaman atau lantai rumah kita saksikan sampai tiga atau empat kelompok bertanding. Maksud memisahkan diri membuat kelompok lain hanya mempercepat giliran sesuai dengan salah satu sifat anak-anak untuk secepatnya mendapatkan sesuatu (dalam hal ini giliran) Permainan ini biasanya disukai oleh anak berusia 6 tahun sampai dengan 10 tahun, namun sering kita lihat bahwa anak-anak di bawah atau diatas usia tersebut senang juga mengisi waktu dengan bermain permainan ini. Dapat ditegaskan bahwa permainan ini hanya dimainkan oleh anak-anak perempuan dan dapat dimainkan oleh semua kelompok sosial. Permainan ini dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang, sore) bahkan kadang-kadang malam hari.
Cara memainkannya yaitu pertama para pemain duduk melingkar. Selanjutnya dengan menentukan pemain pertama yang akan main / mecingklak dengan cara mesut/ om pi pa. Setelah ditentukan pemain pertamanya, pemain pertama tersebut mengambil batu yang dipergunakan (5 biji) dan satu bola karet. Bola karet diangkat keatas, lalu mengambil satu batu, lanjut bola karet ditangkap sebelum jatuh ke tanah / lantai. Apabila bola karet jatuh atau sampai menyentuh lantai maka dianggap gagal dan pemainnya diganti dengan pemain berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga sampai pada pemenangnya yaitu pemain yang paling banyak mendapat jumlah skor batu dan tidak pernah gagal.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan ini adalah nilai ketangkasan, nilai kejujuran, nilai keuletan, dan nilai perjuangan.
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |